Jumat, 14 September 2012


Biografi Singkat Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1266 H atau 1894 M di sebuah distrik bernama Sibsyir kota Mahallah Nasr, provinsi Bakhirhah, Mesir. Kelahirannya bertepatan dengan masa pergolakan politik yang terjadi di Mesir. Tepatnya di akhir era pemerintahan Muhammad Ali Pasya 1894. Tumbuh di tengah keluarga petani dengan ekonomi menengah. Ayahnya,, Abduh Hasan Khairallah adalah orang Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Sedang ibunya konon keturunan Arab yang garis nasabnya dikaitkan dengan suku Umar bin Khattab ra.
Terlahir dari keluarga muslim yang ta’at, Abduh kecil diarahkan untuk belajar dasar – dasar agama. Di usia 10 tahun dia belajar al – qur’an di rumahnya. Dua tahun kemudian dia sudah menghafal seluruh al-qur’an. Di tahun 1862 Abduh kecil dikirim orang tuanya ke Thantha untuk belajar di sekolah Al-qur’an yang bernama Al-Jamie Al – Ahmadi. Di sekolah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan terbesar di Mesir ini, Abduh kecil berguru pada seorang alim bernama Syaikh Ahmad.
Di usianya yang masih tergolong remaja, Abduh sudah dikenal sebagai anak yang tekun dan semangat dalam menuntut ilmu. Hal ini terlihat dari hasil gemilang yang kerap kali diperolehnya dalam menuntut ilmu. Bahkan sikap kritisnya juga sudah mulai tampak pada usia ini. Di sana, dia melakukan protes dan tidak setuju dengan model pengajaran yang berlaku, hingga akhirnya membuatnya untuk memutuskan kembali ke kampung halamannya.
Konon, model pengajaran yang didapatkan Abduh saat itu merupakan model pengajaran yang dipraktekkan oleh Mesir, dan bahkan dunia muslim pada umumnya. Pada saat itu, aspek hafalanlah yang ditonjolkan, namun di sisi lain justeru mengabaikan sisi pemahaman terhadap materi itu sendiri
            Tapi sepulangnnya ke desa, keberadaannya justru tidak diterima. Bahkan dia disuruh untuk kembali belajar. Putus asa dengan keadaannya, bukannya kembali ke Thanta, Abduh malah bersembunyi di rumah salah satu pamannya. Dan di situlah dia bertemu Syeikh Darwis Khadr. Seorang penganut tasawwuf yang pernah belajar di Libya dan Tripoli.
Syeikh Darwis adalah pendidik yang lembut. Dengan kelembutan dan kesantunannya, dia mampu menanamkan kembali semangat Abduh untuk  menuntut ilmu. Dari syeikh Darwis ini pula, Abduh belajar untuk lebih mencintai dan menaruh perhatian pada al-qur’an.
Berbekal semangat dari guru barunya tersebut, Abduh melanjutkan belajarnya ke Syeikh Ahmad. Dan setelah itu dia melanjutkannya ke universitas terkemuka dan tertua di dunia, yaitu Al-Azhar, Kairo.
Semasa kuliah di Al-Azhar inilah Abduh bertemu dengan Jamaluddin Al – Afgani ( 1839 – 1897 M). Seorang tokoh yang menuai banyak kontroversi yang kebetulan tengah singgah di Mesir dalam perjalanannya menuju India. Hal ini terjadi pada tahun 1869.
Pada tahun 1871, Afghani kembali ke Mesir, tapi dengan niat untuk menetap di sana. Dengan keberadaannya ini, akhirnya membuat kontak antara Abduh dan Afghani semakin intens, layaknya hubungan belajar antara murid dengan guru.
            Dalam diri Afghani, Abduh menemukan gelora yang tidak ia temukan di tempat lain. Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan Afghani demikian mempesona Abduh. Ia seakan mendapatkan pencerahan yang menggiringnya untuk dapat membebaskan diri dari banyak belenggu tradisi yang saat itu mengekang dirinya dan masyarakat. Sebab Afghani mengajarinya kritis terhadap kondisi keterpurukan umat Islam saat itu. Jadilah Afghani sebagai “universitas” kedua bagi Abduh setelah al-Azhar.
Perlahan namun pasti, pengaruh duo Afghani dan Abduh mulai menyebar ke tengah masyarakat luas. Namun, akibat kekisruhan politik saat itu, keduanya diusir dari Cairo. Afghani ke Paris (!) dan Abduh keluar dari Cairo. Tetapi pada tahun berikutnya, Abduh diizinkan kembali bahkan dipercaya untuk memimpin surat kabar pemerintah yang bernama al-Waqa’i al-Mishriyah (!).
Pada periode ini, secara praktis Abduh terjun dalam dunia politik. Tapi karena dianggap oposan, akibatnya Abduh diusir untuk kedua kalinya. Untuk pengusiran kali ini dia pergi ke Syiria. Di sana, Abduh sempat memberikan kuliah-kuliah yang di kemudian hari dibukukan menjadi salah satu karyanya: Risalah al-Tauhid. Buku ini kelak diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama oleh tokoh-tokoh pembaruan di Indonesia.
Dari sana, pada tahun 1884, ia menuju Paris dan bergabung dengan Afghani. Keduanya menerbitkan majalah al-Urwah al-Wutsqa. Karena ide-ide majalah ini dianggap merongrong eksistensi Prancis, majalah tersebut tidak berumur panjang. Pemerintah membreidel majalah tersebut dan menyuruh Afghani dan Abduh untuk angkat kaki dari Paris.
Majalah al-Urwah al-Wutsqa memang memperkenalkan warna baru dalam kerangka umum pemikiran keislaman pada masa itu. Al-‘Allamah Rasyid Ridha (1282-1354 H/1865-1935 M), yang kelak berguru kepada Abduh, merupakan tokoh yang sangat terpengaruh oleh warna yang dibawa oleh al-Urwah al-Wutsqa. Dan itu dia akui sendiri.
Satu waktu, Rasyid Ridha menulis:
“Kemudian aku menemukan dalam barang simpanan bapakku beberapa edisi dari majalah al-Urwah al-Wutsqa. Maka setiap edisi itu bagaikan kabel listrik, yang ketika menyentuhku dapat menimbulkan getaran dan gelora yang membawaku dari satu kondisi (fase pemikiran) kepada kondisi (fase pemikiran) yang lain. Dampak terbesar dari artikel-artikel (majalah) itu, adalah (tulisan yang berjudul) ‘Reformasi Islam,’ kemudian artikel-artikel politik ‘Persoalan (Bangsa) Mesir,’ yang diterbitkan dalam sejumlah edisinya.
“Yang aku, orang lain serta sejarah tahu, bahwa tak ada tulisan bangsa Arab di masa itu serta beberapa abad sebelum itu, yang mampu menyaingi tulisan-tulisan tersebut dari segi sentuhan hati, pencerahan akal, dan keindahan retorika.” (Rasyid Ridha, Tarikh al-Ustadz al-Imam, I/996, 303)
Dari Paris, Abduh kembali ke Mesir. Keadaan politik di Mesir telah berubah dan relatif lebih kondusif bagi Abduh. Pada periode ini, Abduh pernah diserahi sejumlah jabatan penting, di antaranya sebagai qadhi (hakim), anggota al-Majlis al-A’la di universitas al-Azhar dan anggota legislatif negara.
Tahun 1899, Syekh Muhammad Abduh diangkat secara resmi sebagai mufti negara, jabatan yang akhirnya ia pegang hingga wafatnya tahun 1905.
Dari Paris, Abduh kembali ke Mesir. Keadaan politik di Mesir telah berubah dan relatif lebih kondusif bagi Abduh. Pada periode ini, Abduh pernah diserahi sejumlah jabatan penting, di antaranya sebagai qadhi (hakim), anggota al-Majlis al-A’la di universitas al-Azhar dan anggota legislatif negara.
Tahun 1899, Syekh Muhammad Abduh diangkat secara resmi sebagai mufti negara, jabatan yang akhirnya ia pegang hingga wafatnya tahun 1905.
1. Ahmed H. Al-Rahim (Januari 2006). "Islam dan Kebebasan", Journal of Democracy 17 (1), h. 166-169.

2. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009
3. Kedourie, E. (1997). Afghani dan 'Abduh: An Essay on Agama kekafiran dan Politik Aktivisme di Modern Islam, London: Frank Cass. ISBN 071.464.355.

4. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

5. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

6. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

7. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

8. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

9. Gelvin, J. L. (2008). Modern Timur Tengah (2nd ed., Hal. 161-162). New York: Oxford universitas Press.

10. Kügelgen, Anke von. " Abduh, Muhammad." Encyclopaedia of Islam, TIGA. Edited by: Gudrun Kraemer, Denis Matringe, John Nawas dan Everett Rowson. Brill, 2009. Brill Online. Syracuse University. 23 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar